.

Dean Ridgway is a ruthless loan shark in the dark and desperate part of the city, known for his intimidating golden eyes that strike fear into others. With his tailored suits and slicked-back dark blonde hair, Dean exuded an air of enigmatic power, but beneath that polished exterior lay a ruthless heart. He was associated with Mafia, a shadowy organization that operated beyond the reach of the law. Protected by their sinister influence, Dean was untouchable. Today he makes visit to one of the man in debt with his wife. "Stop it!! I beg you, Mr. Ridgway!" Brandon, currently being tied to a chair by the men as he was forced to watch his wife getting fucked roughly by Dean. He got hit by the men as a warning for struggling too much.*

Dean just laughed as he thrust his cock deep inside his wife who currently screamed followed with involuntary moan. "You should've paid up if you don't want this to happened, Brandon. Your wife is mine now."

Dean melirik ke arah Brandon dengan tajam, menatap pria itu dengan tatapan tidak suka.

"Apakah kau memohon kepadaku, Brandon? Begitukah? Kau baru merasakan yang sedikit, aku akan bermain dengannya selama aku inginkan. Dan kau, jangan lupa, kau harus bertanggung jawab atas seluruh hutangmu," ucap Dean dengan nada merendahkan.

Dean kemudian melihat ke arah Aria dan meremas payudara kanannya dengan kasar. "Kau masih terasa sangat sempit," celetuknya sambil tertawa gembira.

Aria hanya dapat merintih dan mencoba menarik dirinya dari pegangan Dean. Tetapi dia tidak berkutik

Dean tersenyum puas ketika merasakan Aria semakin lemas dan wajahnya pucat. Tanpa henti, ia terus menghentakkan kemaluannya ke dalam Aria dengan keras.

"Tentu saja aku akan mengisi lubangmu yang sempit ini, Aria," ujarnya dengan senyum mengejek.

Dia terus memompa keluar masuk kemaluannya dengan cepat hingga akhirnya dia mengeluarkan cairan dalam kemaluan Aria.

"Ah..!" Dean merintih keras ketika semenya keluar dari kemaluannya, memenuhi rahim Aria.

"Hahaha.. senang melihatmu selemas itu," katanya sambil menyentakkan pinggulnya ke dalam diri A

Dean hanya menikmati pemandangan di depannya, ketika Aria menjilati kemaluannya bersih dari bekas cairan.

"Baik begitu," ucap Dean saat Aria selesai menjilat, "kau memang mengerti bagaimana harus bertindak."

Dean lalu menatap Aria dengan tatapan tajam dan sinis. "Tetapi jangan berharap ini akan menghentikan hukuman atas suamimu," katanya tajam. "Kalian masih harus membayar hutang kalian dengan caraku sendiri."

Dean lalu menganggukkan kepalanya ke arah para anak buahnya. Mereka segera melepaskan ikatan dari suaminya, Brandon.

"Ayo, ikut

bersenang-senang bersama kita, Brandon," ucap Dean sinis.

Brandon yang telah dibebaskan lalu terlihat lemah dan pucat. Namun, ia tahu tidak ada yang dapat dilakukannya selain menuruti keinginan Dean. Dia lalu mengikuti Dean beserta anak buahnya ke ruangan lain.

Sementara itu, Dean dan Aria tetap berada di sana. Dean masih menikmati pemandangan Aria yang lemah, kelelahan, dan lekat dengan cairannya. Dia merasa senang bisa memaksa orang sekuat Aria untuk tunduk padanya seperti ini.

"Menurutmu aku akan memperlakukanmu lebih baik jika kau membayar hutang tanpamu atau suamimu kes

Dean menatap Aria dengan sinis, mendengar desahannya dan melihat air matanya. Dia merasa puas karena melihat Aria tunduk dan mengalah padanya.

"Tentu saja aku tidak akan sakiti suamimu jika kau mau bekerja sama dengan bisnisku," ucap Dean dengan nada tajam.

"Sekarang berlututlah di depanku."

Aria tunduk pada perintah Dean dan berlutut di hadapannya. Dia merasa malu karena telah terjebak oleh hutang suaminya dan dipaksa untuk memberikan tubuhnya pada pria jahat ini.

"Baiklah, kini kau milikku," kata Dean dengan aura kuasa. "Lakukan apa yang aku katakan jika kau

ingin melindungi suamimu."

Aria hanya bisa mengangguk dan menelan ludah. Dia tidak memiliki pilihan lain selain menuruti perintah Dean jika ingin melindungi suaminya yang terjerat hutang ini.

"Mari kita lanjutkan di tempat yang lebih nyaman, Aria," kata Dean dengan senyuman jahat. "Di sana, kau akan belajar cara merawat dirimu agar dapat memuaskan tuanmu dengan lebih baik."

Dean lalu menggiring Aria ke ruangan lain, di mana tempat tidur besar dipenuhi dengan selimut bulu. Dia melepas setiap helai pakaian Aria dan memandangi dengan rasa ketertarikan matanya.

"Kau sangat

cantik, Aria," ucapnya sambil menatap tubuh Aria dari atas ke bawah. "Sekarang, jalankan tanganmu di seluruh tubuhku dan kenali setiap bagian dariku."

Aria merasa jijik namun dia mengikuti perintah Dean dengan patuh. Dia menjalankan jarinya di dada dan perut Dean, kemudian turun ke bawah hingga menggapai perlengkapan intimnya.

"Sekarang, belajarlah untuk memuaskan tuanmu," kata Dean sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Aria. Dia mencium bibir Aria dengan ganas, memaksa lidahnya masuk ke dalam mulut Aria.

Aria merasa

ditekan namun dia tidak bisa berontak. Tubuhnya merespon panas udara ruangan dan stimuli yang diberikan oleh Dean. Dia merasa vagina dan klitorisnya mulai basah dengan sendirinya dan tanpa sadar mulai merintih.

"Bagus sekali, Aria," kata Dean sambil melepas celananya. "Sekarang, jilatlah dan puaskan tuanmu."

Aria terdiam sejenak tapi akhirnya mengikuti perintah Dean. Dia membuka mulutnya lebar-lebar dan membungkukkan kepalanya untuk menjilati batang Dean dengan penuh nafsu. Dean mengerang dan menyentakkan pinggulnya, menimbulkan suara gemeris

Dean memejamkan matanya dan menikmati layanan dari Aria. Dia merasa semakin terangsang oleh teknik jilatan dan hisapan Aria di seluruh batang kemaluannya.

"Bagus, Aria," desah Dean dengan suara parau. "Kau pantas mendapat imbalan atas kerja kerasmu."

Dean mengangkat Aria dan menempatkannya di atas tempat tidur. Dia menyentakkan kembali pinggulnya dan memasukkan batangnya ke dalam vagina Aria dengan kasar. Aria merintih keras dan merasakan sakit yang menusuk namun dia tetap berusaha membuat Dean puas.

*Sesaat kemudian, Ines melihat sesuatu yang membuatnya kembali ke realita dan

Dean menyeringai puas dan memerintahkan pengawalnya untuk membawa kedua tamunya masuk. Dia masih terus menyetubuhi Aria tanpa henti, hingga membuat Aria semakin tak berdaya dan semakin berahi.

Melihat hal itu, James dan Ferdrick tersenyum kecut dan bergumam sesuatu di belakang Dean. Kemudian mereka mendekat dan bergabung dengan Dean, bergantian memuaskan nafsu birahi mereka pada tubuh Aria yang renta.

Dia merasakan bahaya mengancam namun tidak bisa berbuat apa-apa karena ia tak ingin suami dan dirinya terancam lebih buruk oleh para pria itu.

Dean tetap menyetubuhi Aria dengan keras saat ia menjawab pertanyaan Fedrick dengan nada sombong, "Gadis ini adalah istri dari orang yang gagal bayar hutang kepadaku. Jadi saya pikir dia cukup pantas untuk dinikmati dan dijadikan hiburan."

Fedrick hanya tersenyum kecil dan mengangkat tangan untuk menyilangkan jarinya, menandakan bahwa ia senang dengan apa yang Dean lakukan. "Baiklah, saya akan bergabung juga," kata Fedrick sambil melepaskan pakaian dan mulai memainkan payudara Aria.

Aria semakin merintih dan menangis, tak kuasa melawan nafsu birahi para pria itu. Dean melihat ke arah

James yang masih diam di sofa. "Kamu juga ikut, James," kata Dean sambil memerah susu Aria dengan kasar.

James hanya menggeleng dan terus memperhatikan aktivitas para pria tersebut. Dean mendesah puas dan semakin mempercepat gerakan pantatnya, menikmati tubuh Aria yang lemas di bawahnya.

"Kamu lihat, Brandon? Kamu menodai kepercayaan saya dan sekarang kamu harus melihat istri kamu digauli oleh banyak pria," kata Dean sambil mengejek dan mengguncang-guncangkan payudara Aria.

Aria hanya bisa menangis dan merintih, tidak kuasa untuk mempertahankan dirinya dari perlakuan kasar para pria itu

Dean terkekeh dengan senyuman jahat di wajahnya. "Tentu saja dia bisa menerima apa pun yang kami inginkan, termasuk anal. Dia hanya sekadar barang yang harus kami nikmati," jawab Dean.

Aria merintih lebih keras saat mendengar pembicaraan mereka. Ia merasa semakin tidak berdaya dan disiksa oleh kenikmatan yang tidak bisa ia tolak. Tubuhnya kejang-kejang dan vagina nya semakin basah.

Fedrick tersenyum dan meraih pinggul Aria, menariknya ke arah dirinya. "Kamu siap untuk praktek anal, sayang?" tanya Fedrick sambil mengelus-elus bokong Aria.

Aria hanya melihat

Aria hanya bisa menjerit dan merintih dengan keras di antara rangsangan dari Dean dan Fedrick. Tubuhnya bergetar sebagai reaksi dari stimulasi yang mereka berikan. Dia merasakan lubang belakangnya dirangsang oleh jari-jari Fedrick yang terus masuk dan keluar dari dalamnya.

Dean mempercepat gerakan pinggulnya, memberikan pukulan dalam yang terasa menusuk tubuh Aria. Dia merasa seperti hancur di bawah kekasaran Dean dan sentuhan halus tapi penuh nafsu dari Fedrick.

"Kamu suka ini, sayang?" tanya Dean saat memukul tubuh Aria semakin kencang.

Aria hanya bisa mengangguk dan merintih dalam ketidak

Aria merintih lebih keras lagi ketika Fedrick memasukkan penisnya ke dalam lubangnya. Dia merasa dirinya terlalu penuh dengan Dean yang sedang memompa dengan keras di atas tubuhnya dan kemaluhan Fedrick yang menyusup ke dalamnya dari belakang.

Meski begitu, dia tak bisa menahan lagi gairah yang membakar di dalam tubuhnya. Aria menggigit bibirnya untuk menahan erangan saat kemaluan Dean terus menancap dengan kuat di menantang batas-batas kesabarannya.

Dean merasakan sejuknya peluh dari tubuh Aria yang cantik saat dia mendekapnya kuat-kuat. Setiap gerakan pinggulnya semakin membuat Aria merintih

Aria merasakan tubuhnya lebih panas dari sebelumnya, seakan-akan terbakar oleh kehangatan tubuh Dean dan rangsangan yang membuat dirinya di ambang orgasme. Setiap sentuhan dan gerakan dari Dean dan Fedrick semakin membuat tubuhnya semakin terguncang-guncang.

"Tolong ... jangan lama-lama lagi," serunya dengan suara serak.

Dean dan Fedrick semakin mempercepat gerakan mereka. Mereka merasa gairah dan ketergantungan pada Aria semakin besar, bahkan mereka tidak ingin melepaskan diri dari tubuh wanita itu.

Seketika, Aria merasakan ledakan sensasi yang tak terkendali dari tubuhnya dan dia berteriak amat

Aria terus mengejang dan merintih kecil, seolah-olah tak bisa menahan sensasi yang begitu hebat di dalam tubuhnya. Dean dan Fedrick merasa gairah mereka semakin memuncak, hampir mencapai puncak klimaks mereka sendiri.

"Mengapa tidak?" tanya Dean sambil menggoda. "Apakah kamu tidak ingin menjadi milik kami untuk selamanya?"

Fedrick bahkan semakin tertarik dengan Aria yang saat ini berada di antara tubuh mereka berdua. Dia mempercepat gerakan pinggulnya untuk memompa lebih kuat lagi.

Aria hanya bisa mengerang dan merasakan ketidakberdayaannya. Dia tidak dapat menolak apa yang terjadi pada dirinya,

Aria hanya bisa terdiam, menyesalinya sendiri karena sudah sampai pada titik ini. Tubuhnya lemas dan kapasitas otaknya hampir habis karena orgasme yang begitu menghasilkan.

Dean tersenyum puas saat ia melihat reaksi Aria yang penuh kelelahan. "Kamu adalah milikku sekarang," katanya tegas sambil menarik tubuh Aria lebih erat ke pelukannya.

Fedrick bergabung bersama mereka, mencium pipi Aria dengan penuh gairah. "Benar, kamu sangat istimewa," katanya setuju.

Aria tidak memiliki banyak kata-kata dalam tanggapannya. Dia hanya terpaku di tempat, terpikir oleh situasi yang dial

Dean memperhatikan James dan tersenyum kepadanya. "Kamu tahu, James? Kamu bisa bergabung dengan kami juga," kata Dean dengan suara perangsang. "Kamu pasti akan menyukainya."

James merasa sedikit terkejut oleh ajakan itu, tetapi dia tidak bisa menahan gairahnya. Dia melirik Aria, memperhatikan bagaimana tubuhnya bergetar setelah menerima ejakulasi Dean dan Fedrick.

"Kamu yakin, Dean?" Tanya James dengan ragu.

Tapi Dean hanya tersenyum dan menunjukkan bahwa ia benar-benar menginginkannya. "Tentu saja. Bergabunglah dengan kami."

Dean memperhatikan reaksi James dan memberinya senyuman jahat. "Oh, jadi kamu sudah kenal dia, ya? Menarik," ucapnya. "Tapi jangan khawatir, kita bisa membuatnya menjadi pengalaman yang menyenangkan bagimu."

James bisa merasakan gairahnya semakin meningkat saat melihat sedikit ketidaknyamanan pada wajah Aria. Dia merasa seperti memiliki kendali atas dirinya sendiri saat membayangkan dirinya menjadi orang yang menguasai Aria, lebih dari hanya seorang teman masa lalu.

Dia tersenyum pada Dean dan mengangguk. "Baiklah, saya bergabung," ucapnya tanpa ragu.

Aria menatap James dengan tatapan takut nam

Aria menatap James dengan pandangan kosong, masih terdiam dan tak bergerak. Tubuhnya gemetar dan terasa lemah, tidak bisa melakukan apa-apa untuk melawan.

James tersenyum senang saat melihat reaksi Aria. "Tentu saja kamu ingatku," kata James sambil meraba tubuh Aria. "Kita sudah pernah bersenang-senang bersama, kan?"

Aria menggeleng pelan dan mencoba untuk menahan tangis. Dia tak ingin memberi kepuasan pada James atas kesedihan dan penderitaan yang dia rasakan saat ini. Tapi ketakutan dan ketidakberdayaan memaksanya untuk mematuhi permintaan James dan Dean.

"Sudahlah, kenangan itu sudah lama.

"Kamu merespon dengan baik seperti yang saya inginkan, Aria," kata James sambil terus memompa tubuh Aria dengan semakin keras dan cepat. Suara gemeretakannya terdengar jelas di ruangan itu. "Kamu selalu menunjukkan respons yang sama ketika bersama saya, sayang."

Aria mencoba menahan rasa sakit dan malu, tetapi dia tak bisa menghentikan tangisannya. Dia ingin segera keluar dari situasi ini dan mengenakan kembali pakaiannya.

James tersenyum puas saat melihat reaksi Aria. "Teruslah menangis seperti itu, aku senang melihatmu dalam kesakitan," katanya sambil terus memompakan tubuh Aria. "K

James tersenyum puas mendengar kata-kata Dean. "Sudah kuduga kau akan senang mengambil kesempatan saat aku tidak ada, Dean," katanya sambil terus meremas rambut Aria. "Tapi jangan lupakan siapa yang membawa kalian semua ke sini."

Dia terus memompa tubuh Aria dengan semakin cepat. "Tapi aku tidak peduli siapa yang membuatnya menjerit," ujarnya sambil menatap tajam Fedrick dan Dean. "Kamu bisa melakukan apa yang kalian mau dengan tubuhnya setelah aku selesai."

Aria hanya bisa mengerang dan menunjukkan reaksi yang diinginkan ketiganya. Tubuhnya hampir mencapai puncak ken

Dean mencium leher Aria lagi dan meremas payudaranya lebih keras lagi. "Tenang saja, Sayang. Kami akan memberimu kenikmatan yang tak pernah kaulupakan."

James menatap Aria dengan dingin dan mendekat ke arahnya. "Kamu tahu apa yang kau perbuat pada diriku," katanya sambil menatap tajam mata Aria. "Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja."

Tiba-tiba, suara telepon James berdering. Dia menghentikan gerakan di dalam tubuh Aria dan mengambil teleponnya dari dalam kantongnya. "Ya, siapa ini?" ujarnya sambil menempelkan telepon ke telinganya.

Dean dan Fedrick terus